12 Apr 2013

Ah Long, Bertahan Hidup dari ganasnya HIV





Mungkin seharusnya anak yang berusia 6 tahun bisa menikmati indahnya dunia dengan bermain, pelukan cinta dan kasih sayang dari orang sekitarnya. Namun bagi Ah Long yang miskin, ia harus menajalani masa kanak-kanaknya dengan penuh kesulitan.

Ah Long merupakan seorang anak kecil yang mengidap HIV. Namun karena keterbatasan ekonomi, Ah Long tidak mendapatkan penanganan serius akan penyakit mematikan itu. Bukan hanya penyakit yang membuat hidup Ah long terasa sulit, melainkan juga kurangnya perhatian.

Satu satunya keluarga yang Ah Long miliki adalah neneknya. Nenek Ah Long kini sudah berusia 84 tahun. Terkadang, nenek Ah Long datang mengunjungi sekadar untuk memasak, namun tidak bersedia untuk tinggal bersamanya. Hal inilah yang membuat Ah Long merasa sangat kesepian. Penyakit HIV membuat orang-orang disekitarnya tidak menghiraukan Ah Long, termasuk sang nenek.

Penyakit mematikan tersebut tidak hanya berpengaruh kepada kehidupan sosialnya, melainkan juga pendidikan. Pihak sekolah bahkan tidak mau lagi menerima Ah Long sebagai murid. Hal ini dikarenakan, para orang tua murid akan mencelakai Ah long bila ia muncul di sekolah.

Ternyata, dokter yang seharusnya membantu Ah Long sembuh juga enggan untuk mengobatinya. Tidak heran, jika dari hari ke hari penyakit Ah long semakin bertambah parah. Bahkan, Departemen Kesehatan pun tidak mau menolong Ah Long untuk mendapatkan penanganan terbaik untuk penyakit mematikan tersebut. Memang Biro Sipil setempat mengulurkan bantuan untuk Ah long sebesar 70 yuan atau sekitar 90 ribu per bulan.

Tentu saja, nominal dana yang diberikan tidaklah cukup untuk membiayai anak kecil untuk bertahan hidup. Ah Long hanya bisa menerima semua kenyataan hidup dengan lapang dada. Anak kecil tersebut menjalani hidupnya seorang diri.



Kegiatan keseharian Ah long adalah menanam cabai, daun bawang, dan memelihara ayam. Menjalani hidup seorang diri, membuat Ah Long terbiasa untuk mandiri. Ah Long mencuci baju dan memasak sendiri. Ah Long tidur dan bermain bersama anjing perliharaannya.
Meskipun kebanyakan orang acuh terhadapnya, ternyata ada juga yang bersimpati pada Ah Long. Segelintir orang yang bersimpati, memberikan Ah Long pakaian, makanan, dan selimut bekas. Selain itu, ada juga yang memberi Ah Long beras 20 kg dan mie 5 kg. bukan hanya pakaian dan makanan, Ah Long juga mendapatkan surat kabar mingguan, sehingga Ah Long bisa mengetahui kabar dunia terbaru.

Sejak cerita kehidupan Ah Long diangkat oleh media, ia mendapatkan banyak perhatian dari orang-orang sekitar, bahkan dari pemerintah Cina. Sebuah rumah amal di Kota Liuzhou setuju untuk mengurus biaya hidup Ah Long. Sejak itulah Ah Long mendapatkan banyak perhatian dari orang-orang yang berbaik hati .

Ah Long juga mendapatkan sebuah rumah baru, tepat di sebelah rumah lamanya. Rumah baru tersebut dilengkaoi dengan dua kamar tidur, satu ruang keluarga, dan satu toilet.  Sebenarnya, bukan Ah Long saja yang mengalami hidup dengan penuh kesulitan, masih ada anak-anak malang lainnya. Kehidupan anak-anak malang bukan hanya ditemui di Cina, melainkan juga negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Banyak anak-anak kecil yang hidupnya diabaikan sebatang kara.

Ah Long adalah seorang anak yang terlahir ke dunia dengan beban yang cukup berat. Beban berat akibat penyakit HIV yang tumbuh di tubuhnya. Namun itu bukan menjadi suatu alasan untuk menjauhinya. Setiap anak yang lahir ke dunia tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa, begitu pula dengan Ah Long. Ah Long juga tidak bisa lari dari takdir, terlahir dengan mengidap HIV yang diturunkan oleh orangtuanya.

Semoga kita bisa memetik hikmah dari kisah kehidupan Ah Long, supaya bisa lebih bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar