24 Okt 2013

Mita, Gadis Kecil Penderita Kanker






Di usia kanak-kanak, buah hati tentu membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orangtuanya. Begitu pula dengan Mita. Mita merupakan anak perempuan yang cantik dan selalu ceria. Namun dibalik keceriaan tersebut tersimpan rasa sakit yang amat perih. Di usianya yang masih muda, Mita harus berjuang melawan penyakit ganas. Penyakit ganas yang diderita Mita adalah kanker paru-paru.

Meski harus berjuang melawan penyakit kanker, lekukan senyum dibibirnya tak pernah pudar. Justru, penyakit kanker tersebut membuat Mita lebih memahami arti hidup yang sebenarnya. Tak peduli seberapa berat penyakit yang dialami, waktu terus berjalan. Untuk itu, setiap detik dalam hidupnya dijalani Mita dengan penuh semangat.

Bagi Mita, hal yang terpenting bukan seberapa lama dia bertahan hidup, melainkan sejauh mana ia mampu mengukir kenangan indah dalam hidupnya. Oleh karena itu, Mita selalu berusaha membawa kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya, terutama kedua orangtua.

Namun sayang, saat Mita masih berusia 5 tahun, kedua orangtuanya meninggal dunia karena kecelakaan. Mau tidak mau, Mita harus menerima kenyataan pahit tersebut. Minggu-minggu pertama sepeninggal orangtuanya, Mita hidup dari belas kasihan para tetangga.

Yayasan Kanker

Tidak lama setelah itu, ternyata ada orang yang tergerak hatinya untuk membantu Mita. Ia adalah pemilik yayasan kanker. Sama seperti namanya, yayasan tersebut khusus dibangun bagi para penderita kanker. Di tempat tersebut, Mita tinggal bersama anak-anak lain yang menderita kanker.

Meski menderita kanker, anak-anak di  yayasan ini selalu ceria menjalani masa hidupnya yang singkat. Selain mendapatkan pengobatan, penderita kanker juga diberikan hiburan dan kegiatan positif lainnya. Mulai dari belajar membaca, menulis, berhitung, menggambar, dan lain-lain. Semua hal tersebut dilakukan sebagai pemacu semangat hidup para penderita kanker.

Cita-cita menjadi Koki Hebat

Sama seperti anak-anak lainnya, Mita juga mempunyai cita-cita. Cita-cita Mita adalah menjadi koki hebat. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Mita harus berlatih memasak. Mungkin bagi anak-anak lain yang masih memiliki ibu bisa meminta bantuan untuk mengajarkan memasak. Tapi bagi Mita, ia harus berusaha sendiri, karena ibunya telah meninggal dunia.

Ternyata putri kecil ini tak kehabisan ide untuk belajar memasak. Setiap pagi, Mita sudah berdiri tegap di depan dapur yayasan. Apa yang Mita lakukan di depan dapur? Mita berdiri di depan dapur untuk menunggu bibi memasak. Ya, Mita belajar memasak dengan melihat bibi mengolah bahan makanan di dapur.

Melihat kesungguhan Mita, Bibi akhirnya mengajarkannya memasak. Awalnya, Mita hanya diminta Bibi untuk mencuci sayuran yang akan diolah. Kemudian berlanjut belajar memotong sayuran. Pisau yang digunakan tentu saja tidak tajam. Hal ini bertujuan, agar tangan Mita terbebas dari risiko terluka.

Dan pada suatu hari, yayasan kanker tersebut mengadakan lomba memasak. Peserta lomba memasak tersebut, tentu saja para penderita kanker. Semua peserta  sangat antusias mengikuti perlombaan ini, terutama Mita. Bagaimana tidak, menjadi seorang koki adalah cita-citanya. Perlombaan ini menjadi tolak ukur sejauh mana kemampuan Mita dalam hal memasak.

Peserta lomba dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga orang, 2 anak penderita kanker dan 1 orang dewasa. Di usia yang masih kecil, tentu membutuhkan bantuan dari orang dewasa. Oleh karena itulah orang dewasa diikutsertakan.

Lomba memasak dimulai. Lama waktu memasak adalah 2 jam. Di awal waktu lomba, semua peserta mulai mencuci dan memotong bahan-bahan makanan. Mita sangat menikmati perlombaan ini. Apalagi dibandingkan teman-temannya, Mita cukup handal dalam memotong sayuran.

Satu jam telah berlalu, bahan-bahan sudah selesai dipotong. Langkah selanjutnya tinggal mengolah semua bahan di atas penggorengan. Mita sudah tak sabar untuk memasukkan semua bahan ke wajan penggorengan.

Namun sayang, tiba-tiba hujan mengguyur tempat perlombaan. Hujan sangat deras, membuat perlombaan memasak tersebut terpaksa dibatalkan. Semua anak dibawa masuk ke dalam yayasan untuk berteduh.

Ternyata ada satu anak yang masih bertahan memasak di tengah guyuran hujan. Siapa lagi kalau bukan Mita. Ya, Mita tetap asyik memasak meski hujan mengguyur badannya. Untung saja, pengurus yayasan menyadari bahwa ada anak yang masih tertinggal di luar.

Pengurus yayasan tersebut berusaha membujuk Mita untuk berteduh. Namun Mita tetap bersikeras bertahan di luar menyelesaikan masakannya. Mita tidak memperdulikan kesehatannya. Padahal hujan deras itu justru membuat paru-parunya terganggu.

Untung saja, pengurus yayasan akhirnya berhasil membujuk Mita masuk untuk berteduh. Setelah itu, pengurus yayasan menyuruh Mita untuk segera mengganti pakaiannya yang basah. Namun ternyata, Mita tidak mengganti bajunya, tetapi bergegas ke dapur untuk melanjutkan memasak.

Melihat hal tersebut, pengurus yayasan khawatir mengganggu kesehatan Mita. Apalagi hujan deras tadi membuat badan Mita kedinginan dan akan berakibat fatal pada kesehatan paru-parunya. Percakapan alot antara Mita dan pengurus yayasan pun terjadi.

Mita                      : Mita mau masak sekarang.
Pengurus yayasan    : Jangan nanti Mita kecapean. Besok lagi masaknya ya.
Mita                      : ga mau, Mita mau masak sekarang pokoknya.
Pengurus yayasan    : Mita, masaknya besok aja, sekarang ganti baju nanti sakit.
Mita                      : ga mau. Mita takut ga sempet masak nanti.
Pengurus yayasan    : ibu janji, besok kita masak. Sekarang Mita istirahat ya
Mita                      : Tapi Mita takut ga sempet masak nanti
Pengurus yayasan    : Mita masih punya banyak waktu buat masak kok.
Mita                      : iya bu (Mita lari ke kamar sambil meneteskan air mata).

Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Semua sudah terlelap dalam tidurnya. Namun tiba-tiba dari kamar Mita terdengar suara minta tolong. Mendengar suara itu, pengurus yayasan segera menghampiri kamar Mita. Ternyata sesak napas Mita kambuh, mungkin karena kelelahan dan kehujanan.

Tanpa menunggu waktu, pengurus yayasan langsung membawa Mita ke rumah sakit. Dokter berjanji akan berusaha semaksimal mungkin melakukan penanganan untuk Mita. Setelah beberapa jam menunggu, sayang dokter membawa kabar buruk. Dokter gagal menyelamatkan nyawa Mita.

Pengurus yayasan merasa sangat bersalah karena tidak bisa mewujudkan keinginan terakhir Mita untuk bisa memasak. Padahal Mita sudah berkata “ Mita takut ga sempet masak”. Ternyata itu adalah pertanda bahwa Mita akan segera pergi untuk selamanya.

Nah, buat kita yang sehat harusnya bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup Mita. Perjuangan hidup Mita menjadi tamparan keras bagi kita untuk bersyukur. Bersyukur masih bisa menjalani kehidupan. Bersyukur masih diberi kesempatan untuk menghirup udara. 

* Cerita ini diangkat dari kisah nyata.

14 Jun 2013

One Last Cry







Sedetik menjauh, sedetik mendekat
pergi, lalu kembali
sebentar ada, sekelebat tiada
kamu seperti pusaran tanya
yang tak kunjung berhenti

Aku masih teringat senyummu yang mencerahkan. Apakah senyummu masih begitu? Apakah senyum itu masih untukku?

Dulu kau sangat menyayangiku. Apakah sayang itu masih besar? Apakah sayang itu masih untukku?

Namun kini, tanda tanya itu sudah terjawab. Entah kenapa jawaban itu tidak aku harapkan. Sakit, sendu, sesak. Semua rasa itu bercampur padu. Ya, entah kenapa perasaan itu hadir merasuki hati dan pikiranku. Rasa sakit yang timbul karena melihat dirimu bahagia.

Bukan kebahagiaanmu yang membuatku sakit. Tapi asal kebahagiaan itu. Bahagia yang menghampirimu bukan karena aku, melainkan orang lain. Ya, ada orang lain yang jauh lebih membahagiakanmu dibanding diriku. Hal inilah yang membuatku sakit. Sakit karena tak bisa melukiskan cerita indah tentang kita. Kita, aku dan kamu.

Egois, mungkin itu kata yang tepat tuk menggambarkan sikapku. Ya, aku egois. Keegoisan ini bukan tanpa alasan. Aku bersikap egois karena ada sepotong rasa yang tlah ku simpan untukmu. Tapi sayang, rasa yang kusimpan sia-sia. Percuma ku simpan rasa ini, toh dirimu tlah menemukan seseorang yang membuatmu nyaman dan  bahagia.

Tahukah kamu, betapa terkoyaknya hati ini, melihat kau bersamanya. Namun aku harus sadar, bahwa hidup harus terus berjalan. Jadi, dengan atau tanpa kehadiranmu, aku harus bisa bahagia. Untuk itu, aku harus membiasakan diri tanpa dirimu. Menjalani detik demi detik tanpa bayang-bayangmu,

Hidup itu ibarat lampu lalu lintas. Ada kalanya lampu hijau, kuning, dan merah. Tiap warna memiliki makna berbeda. Mungkin kini lampu merah yang menyinari jalan hidupku. Saat ini aku harus bisa melepaskan segala hal yang kutakutkan. Harus bisa menahan tetesan air mata atas segala hal yang disesali. Cobalah untuk membuka kembali sesuatu yang baru. Berhentilah untuk beberapa menit untuk mengumpulkan puing-puing nyawa yang terurai karena ego.

Ya, ego memaksakan keinginan diri sendiri. Mungkin aku harus melupakannya. Tapi rasanya melupakan rasanya terlalu ekstrem untuk dijalani. Ada hal lain yang lebih sederhana untuk dilakukan, yaitu merelakan. Karena, sadar atau tidak, melupakan justru membuat memori kenangan bersamamu terus terngiang di benakku. Dan aku tak mau hal itu terjadi. Dengan begitu, aku harus bisa membulatkan tekad untuk merelakan. Ya merelakan kau mengukir cerita bahagia bersamanya.

Memang awalnya ingin sekali menghapus namamu dari hidupku. Bahkan rasa benci dan dendam sudah aku simpan untukmu. Namun ada lentera yang menerangkan hati dan pikiranku. Seharusnya, aku berterima kasih kepadamu. Terima kasih karena kau sudah mengajarkanku cara ikhlas. Meski sulit tapi pasti ada lentera yang membawaku untuk menjalaninya.

Cinta memang indah, tapi bukan berarti bisa terhindar dari luka. Tidak heran, jika cinta diibaratkan seperti kopi. Kopi ditambahkan dengan gula atau susu sebanyak apapun, tetap saja melekat rasa pahitnya. Begitu juga cinta, sekuat apapun kita memperjuangkannya, namun jika takdir berkata lain mau apalagi.

Semoga kebahagiaan yang kini kau rasakan dengannya, juga akan kurasakan. Entah dengan siapa, kapan, dan dimana. Namun aku yakin, allah akan mengganti kesedihan yang kurasa kini, dengan kebahagiaan luar biasa. Aku berjanji akan tersenyum tulus  melihat kebahagiaan yang kau rasa. Tapi izinkan aku unbtuk terakhir kalinya menumpahkan rasa sesak ini dalam bentuk tetesan air mata. Air mata bahagia, melihat orang yang aku sayang telah bahagia bersama kekasihnya.

One last cry. Ya, lagu ini bisa diibaratkan hati kecilku. Hati kecil yang ingin melantunkan untaian kata yang terpendam. Saat mulut terbungkam, hanya hati yang bisa menjelaskan. Menjelaskan lemahnya hati ini.


One Last Cry

My shattered dreams and broken heart
Mimpiku yang hancur dan hatiku yang patah
Are mending on the shelf
Telah berserakan di rak
I saw you holding hands
Aku melihatmu bergandengan tangan

Standing close to someone else
Berdiri dekat dengan orang lain

Now I sit all alone
Sekarang aku duduk sendiri

Wishing all my feelings was gone
Berharap semua perasaanku hilang

I gave my best to you
Aku berikan yang terbaik untukmu
Nothing for me to do
Tidak ada bisa kulakukan

But have one last cry
Kecuali melakukan satu tangisan terakhir

[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir

Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang

I gotta put you out of my mind this time
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang

Stop living a lie
Berhentilah hidup dalam kebohongan

I guess I’m down to my last cry
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku

Cry…..
Menangis …..


I was here
Aku di sini
You were there
Kau ada di sana

Guess we never could agree
Aku kira kita tidak pernah bisa sejalan
While the sun shines on you
Sementara matahari bersinar padamu,

I need some love to rain on me
Aku butuh cinta untuk menyiramiku

Still I sit all alone
Masih saja aku duduk sendirian
Wishing all my feelings was gone
Berharap semua perasaanku pergi
Gotta get over you
Harus mendapatkan lebih darimu

Nothing for me to do
Tidak ada bisa kulakukan
But have one last cry
Kecuali melakukan satu tangisan terakhir

[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir

Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang

I gotta put you out of my mind
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang

For the very last time
Berhentilah hidup dalam kebohongan
Stop living a lie
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku
[Bridge:]
I know I gotta be strong
Aku tahu aku harus kuat

Cause round me life goes on and on
Karena hidupku berputar dan berjalan terus
And on ….
Dan terus ….

And on ….
Dan terus ….
[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir

Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang

I gotta put you out of my mind
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang

For the very last time
Berhentilah hidup dalam kebohongan
Been living a lie
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku

I guess I’m down,
Kurasa aku jatuh,

I guess I’m down,
Kurasa aku jatuh,
I guess I’m down…
Kurasa aku jatuh…

I guess I’m down…
Kurasa aku jatuh…
To my last cry…
Untuk tangisan terakhirku…



Dulu, bahagia itu sederhana. Sesederhana melihatmu tertawa, meski hanya tergambar dalam aksara (hahaha) atau emotion :D

Namun kini, bahagia yang sederhana adalah bisa menata hati kembali. Menyatukan kembali pecahan-pecahan hati yang tercerai berai. Enough, kesedihan ini cukup sampai disini. Sudah waktunya untuk kembali tersenyum. Dengan senyum, kita bukan hanya membahagiakan diri sendiri, melainkan juga orang lain. Keep smile ):