Sedetik menjauh, sedetik mendekat
pergi, lalu kembali
sebentar ada,
sekelebat tiada
kamu seperti
pusaran tanya
yang tak kunjung
berhenti
Aku masih teringat
senyummu yang mencerahkan. Apakah senyummu masih begitu? Apakah senyum itu
masih untukku?
Dulu kau sangat
menyayangiku. Apakah sayang itu masih besar? Apakah sayang itu masih untukku?
Namun kini, tanda
tanya itu sudah terjawab. Entah kenapa jawaban itu tidak aku harapkan. Sakit,
sendu, sesak. Semua rasa itu bercampur padu. Ya, entah kenapa perasaan itu
hadir merasuki hati dan pikiranku. Rasa sakit yang timbul karena melihat dirimu
bahagia.
Bukan kebahagiaanmu
yang membuatku sakit. Tapi asal kebahagiaan itu. Bahagia yang menghampirimu
bukan karena aku, melainkan orang lain. Ya, ada orang lain yang jauh lebih
membahagiakanmu dibanding diriku. Hal inilah yang membuatku sakit. Sakit karena
tak bisa melukiskan cerita indah tentang kita. Kita, aku dan kamu.
Egois, mungkin itu
kata yang tepat tuk menggambarkan sikapku. Ya, aku egois. Keegoisan ini bukan
tanpa alasan. Aku bersikap egois karena ada sepotong rasa yang tlah ku simpan
untukmu. Tapi sayang, rasa yang kusimpan sia-sia. Percuma ku simpan rasa ini,
toh dirimu tlah menemukan seseorang yang membuatmu nyaman dan bahagia.
Tahukah kamu, betapa
terkoyaknya hati ini, melihat kau bersamanya. Namun aku harus sadar, bahwa
hidup harus terus berjalan. Jadi, dengan atau tanpa kehadiranmu, aku harus bisa
bahagia. Untuk itu, aku harus membiasakan diri tanpa dirimu. Menjalani detik
demi detik tanpa bayang-bayangmu,
Hidup itu ibarat
lampu lalu lintas. Ada kalanya lampu hijau, kuning, dan merah. Tiap warna
memiliki makna berbeda. Mungkin kini lampu merah yang menyinari jalan hidupku.
Saat ini aku harus bisa melepaskan segala hal yang kutakutkan. Harus bisa
menahan tetesan air mata atas segala hal yang disesali. Cobalah untuk membuka
kembali sesuatu yang baru. Berhentilah untuk beberapa menit untuk mengumpulkan
puing-puing nyawa yang terurai karena ego.
Ya, ego memaksakan
keinginan diri sendiri. Mungkin aku harus melupakannya. Tapi rasanya melupakan
rasanya terlalu ekstrem untuk dijalani. Ada hal lain yang lebih sederhana untuk
dilakukan, yaitu merelakan. Karena, sadar atau tidak, melupakan justru membuat
memori kenangan bersamamu terus terngiang di benakku. Dan aku tak mau hal itu
terjadi. Dengan begitu, aku harus bisa membulatkan tekad untuk merelakan. Ya
merelakan kau mengukir cerita bahagia bersamanya.
Memang awalnya
ingin sekali menghapus namamu dari hidupku. Bahkan rasa benci dan dendam sudah
aku simpan untukmu. Namun ada lentera yang menerangkan hati dan pikiranku.
Seharusnya, aku berterima kasih kepadamu. Terima kasih karena kau sudah
mengajarkanku cara ikhlas. Meski sulit tapi pasti ada lentera yang membawaku
untuk menjalaninya.
Cinta memang indah,
tapi bukan berarti bisa terhindar dari luka. Tidak heran, jika cinta
diibaratkan seperti kopi. Kopi ditambahkan dengan gula atau susu sebanyak
apapun, tetap saja melekat rasa pahitnya. Begitu juga cinta, sekuat apapun kita
memperjuangkannya, namun jika takdir berkata lain mau apalagi.
Semoga kebahagiaan
yang kini kau rasakan dengannya, juga akan kurasakan. Entah dengan siapa,
kapan, dan dimana. Namun aku yakin, allah akan mengganti kesedihan yang kurasa
kini, dengan kebahagiaan luar biasa. Aku berjanji akan tersenyum tulus melihat kebahagiaan yang kau rasa. Tapi
izinkan aku unbtuk terakhir kalinya menumpahkan rasa sesak ini dalam bentuk
tetesan air mata. Air mata bahagia, melihat orang yang aku sayang telah bahagia
bersama kekasihnya.
One last cry. Ya,
lagu ini bisa diibaratkan hati kecilku. Hati kecil yang ingin melantunkan
untaian kata yang terpendam. Saat mulut terbungkam, hanya hati yang bisa
menjelaskan. Menjelaskan lemahnya hati ini.
One Last Cry
Mimpiku yang hancur dan hatiku yang patah
Are mending on the shelf
Telah berserakan di rak
I saw you holding hands
Aku melihatmu bergandengan tangan
Standing close to someone else
Berdiri dekat dengan orang lain
Now I sit all alone
Sekarang aku duduk sendiri
Wishing all my feelings was gone
Berharap semua perasaanku hilang
I gave my best to you
Aku berikan yang terbaik untukmu
Nothing for me to do
Tidak ada bisa kulakukan
But have one last cry
Kecuali melakukan satu tangisan terakhir
[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir
Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang
I gotta put you out of my mind this time
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang
Stop living a lie
Berhentilah hidup dalam kebohongan
I guess I’m down to my last cry
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku
Cry…..
Menangis …..
I was here
Aku di sini
You were there
Kau ada di sana
Guess we never could agree
Aku kira kita tidak pernah bisa sejalan
While the sun shines on you
Sementara matahari bersinar padamu,
I need some love to rain on me
Aku butuh cinta untuk menyiramiku
Still I sit all alone
Masih saja aku duduk sendirian
Wishing all my feelings was gone
Berharap semua perasaanku pergi
Gotta get over you
Harus mendapatkan lebih darimu
Nothing for me to do
Tidak ada bisa kulakukan
But have one last cry
Kecuali melakukan satu tangisan terakhir
[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir
Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang
I gotta put you out of my mind
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang
For the very last time
Berhentilah hidup dalam kebohongan
Stop living a lie
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku
[Bridge:]
I know I gotta be strong
Aku tahu aku harus kuat
Cause round me life goes on and on
Karena hidupku berputar dan berjalan terus
And on ….
Dan terus ….
And on ….
Dan terus ….
[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir
Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang
I gotta put you out of my mind
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang
For the very last time
Berhentilah hidup dalam kebohongan
Been living a lie
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku
I guess I’m down,
Kurasa aku jatuh,
I guess I’m down,
Kurasa aku jatuh,
I guess I’m down…
Kurasa aku jatuh…
I guess I’m down…
Kurasa aku jatuh…
To my last cry…
Untuk tangisan terakhirku…
Dulu, bahagia itu sederhana. Sesederhana melihatmu tertawa, meski hanya tergambar dalam aksara (hahaha) atau emotion :D
Namun kini, bahagia yang sederhana adalah bisa menata hati kembali. Menyatukan kembali pecahan-pecahan hati yang tercerai berai. Enough, kesedihan ini cukup sampai disini. Sudah waktunya untuk kembali tersenyum. Dengan senyum, kita bukan hanya membahagiakan diri sendiri, melainkan juga orang lain. Keep smile ):
