14 Jun 2013

One Last Cry







Sedetik menjauh, sedetik mendekat
pergi, lalu kembali
sebentar ada, sekelebat tiada
kamu seperti pusaran tanya
yang tak kunjung berhenti

Aku masih teringat senyummu yang mencerahkan. Apakah senyummu masih begitu? Apakah senyum itu masih untukku?

Dulu kau sangat menyayangiku. Apakah sayang itu masih besar? Apakah sayang itu masih untukku?

Namun kini, tanda tanya itu sudah terjawab. Entah kenapa jawaban itu tidak aku harapkan. Sakit, sendu, sesak. Semua rasa itu bercampur padu. Ya, entah kenapa perasaan itu hadir merasuki hati dan pikiranku. Rasa sakit yang timbul karena melihat dirimu bahagia.

Bukan kebahagiaanmu yang membuatku sakit. Tapi asal kebahagiaan itu. Bahagia yang menghampirimu bukan karena aku, melainkan orang lain. Ya, ada orang lain yang jauh lebih membahagiakanmu dibanding diriku. Hal inilah yang membuatku sakit. Sakit karena tak bisa melukiskan cerita indah tentang kita. Kita, aku dan kamu.

Egois, mungkin itu kata yang tepat tuk menggambarkan sikapku. Ya, aku egois. Keegoisan ini bukan tanpa alasan. Aku bersikap egois karena ada sepotong rasa yang tlah ku simpan untukmu. Tapi sayang, rasa yang kusimpan sia-sia. Percuma ku simpan rasa ini, toh dirimu tlah menemukan seseorang yang membuatmu nyaman dan  bahagia.

Tahukah kamu, betapa terkoyaknya hati ini, melihat kau bersamanya. Namun aku harus sadar, bahwa hidup harus terus berjalan. Jadi, dengan atau tanpa kehadiranmu, aku harus bisa bahagia. Untuk itu, aku harus membiasakan diri tanpa dirimu. Menjalani detik demi detik tanpa bayang-bayangmu,

Hidup itu ibarat lampu lalu lintas. Ada kalanya lampu hijau, kuning, dan merah. Tiap warna memiliki makna berbeda. Mungkin kini lampu merah yang menyinari jalan hidupku. Saat ini aku harus bisa melepaskan segala hal yang kutakutkan. Harus bisa menahan tetesan air mata atas segala hal yang disesali. Cobalah untuk membuka kembali sesuatu yang baru. Berhentilah untuk beberapa menit untuk mengumpulkan puing-puing nyawa yang terurai karena ego.

Ya, ego memaksakan keinginan diri sendiri. Mungkin aku harus melupakannya. Tapi rasanya melupakan rasanya terlalu ekstrem untuk dijalani. Ada hal lain yang lebih sederhana untuk dilakukan, yaitu merelakan. Karena, sadar atau tidak, melupakan justru membuat memori kenangan bersamamu terus terngiang di benakku. Dan aku tak mau hal itu terjadi. Dengan begitu, aku harus bisa membulatkan tekad untuk merelakan. Ya merelakan kau mengukir cerita bahagia bersamanya.

Memang awalnya ingin sekali menghapus namamu dari hidupku. Bahkan rasa benci dan dendam sudah aku simpan untukmu. Namun ada lentera yang menerangkan hati dan pikiranku. Seharusnya, aku berterima kasih kepadamu. Terima kasih karena kau sudah mengajarkanku cara ikhlas. Meski sulit tapi pasti ada lentera yang membawaku untuk menjalaninya.

Cinta memang indah, tapi bukan berarti bisa terhindar dari luka. Tidak heran, jika cinta diibaratkan seperti kopi. Kopi ditambahkan dengan gula atau susu sebanyak apapun, tetap saja melekat rasa pahitnya. Begitu juga cinta, sekuat apapun kita memperjuangkannya, namun jika takdir berkata lain mau apalagi.

Semoga kebahagiaan yang kini kau rasakan dengannya, juga akan kurasakan. Entah dengan siapa, kapan, dan dimana. Namun aku yakin, allah akan mengganti kesedihan yang kurasa kini, dengan kebahagiaan luar biasa. Aku berjanji akan tersenyum tulus  melihat kebahagiaan yang kau rasa. Tapi izinkan aku unbtuk terakhir kalinya menumpahkan rasa sesak ini dalam bentuk tetesan air mata. Air mata bahagia, melihat orang yang aku sayang telah bahagia bersama kekasihnya.

One last cry. Ya, lagu ini bisa diibaratkan hati kecilku. Hati kecil yang ingin melantunkan untaian kata yang terpendam. Saat mulut terbungkam, hanya hati yang bisa menjelaskan. Menjelaskan lemahnya hati ini.


One Last Cry

My shattered dreams and broken heart
Mimpiku yang hancur dan hatiku yang patah
Are mending on the shelf
Telah berserakan di rak
I saw you holding hands
Aku melihatmu bergandengan tangan

Standing close to someone else
Berdiri dekat dengan orang lain

Now I sit all alone
Sekarang aku duduk sendiri

Wishing all my feelings was gone
Berharap semua perasaanku hilang

I gave my best to you
Aku berikan yang terbaik untukmu
Nothing for me to do
Tidak ada bisa kulakukan

But have one last cry
Kecuali melakukan satu tangisan terakhir

[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir

Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang

I gotta put you out of my mind this time
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang

Stop living a lie
Berhentilah hidup dalam kebohongan

I guess I’m down to my last cry
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku

Cry…..
Menangis …..


I was here
Aku di sini
You were there
Kau ada di sana

Guess we never could agree
Aku kira kita tidak pernah bisa sejalan
While the sun shines on you
Sementara matahari bersinar padamu,

I need some love to rain on me
Aku butuh cinta untuk menyiramiku

Still I sit all alone
Masih saja aku duduk sendirian
Wishing all my feelings was gone
Berharap semua perasaanku pergi
Gotta get over you
Harus mendapatkan lebih darimu

Nothing for me to do
Tidak ada bisa kulakukan
But have one last cry
Kecuali melakukan satu tangisan terakhir

[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir

Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang

I gotta put you out of my mind
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang

For the very last time
Berhentilah hidup dalam kebohongan
Stop living a lie
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku
[Bridge:]
I know I gotta be strong
Aku tahu aku harus kuat

Cause round me life goes on and on
Karena hidupku berputar dan berjalan terus
And on ….
Dan terus ….

And on ….
Dan terus ….
[Chorus:]
One last cry
Satu tangisan terakhir

Before I leave it all behind
Sebelum aku meninggalkan semuanya kenangan di belakang

I gotta put you out of my mind
Aku harus membuatmu keluar dari pikiranku sekarang

For the very last time
Berhentilah hidup dalam kebohongan
Been living a lie
Aku merasa aku jatuh ke tangisan terakhirku

I guess I’m down,
Kurasa aku jatuh,

I guess I’m down,
Kurasa aku jatuh,
I guess I’m down…
Kurasa aku jatuh…

I guess I’m down…
Kurasa aku jatuh…
To my last cry…
Untuk tangisan terakhirku…



Dulu, bahagia itu sederhana. Sesederhana melihatmu tertawa, meski hanya tergambar dalam aksara (hahaha) atau emotion :D

Namun kini, bahagia yang sederhana adalah bisa menata hati kembali. Menyatukan kembali pecahan-pecahan hati yang tercerai berai. Enough, kesedihan ini cukup sampai disini. Sudah waktunya untuk kembali tersenyum. Dengan senyum, kita bukan hanya membahagiakan diri sendiri, melainkan juga orang lain. Keep smile ):